Sunday, 9 July 2017

Sarat Sejarah, Sego Lemeng dan Kopi Uthek Khas Banyuwangi

Sajian Nasi Lemeng

Banyuwangi - Potensi lokal daerah Kabupaten Banyuwangi terus dikembangkan. Kali ini, kabupaten paling ujung timur pulau Jawa ini menggelar Festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek. Apa itu?

Melalui agenda wisata Banyuwangi Festival (B-Fest), festival itu digelar di Desa Banjar, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Sabtu (8/7/2017). Adalah festival makanan dan minuman khas Desa Banjar.

Kegiatan ini berlangsung meriah. Ratusan pengunjung menyerbu areal festival yang berlangsung di tengah sawah. Ditambah lagi, panorama pegunungan yang indah menjadi latar panggung festival ini.

Sejak pagi, ibu-ibu di Desa Banjar telah sibuk menyiapkan nasi lemeng bagi para pengunjung festival. Aroma asap bakaran nasi lemeng yang dipanggang dalam bambu di atas tungku batu bata menyerbak ke penjuru desa bikin penasaran. Tak ketinggalan kopi tubruk dan gula aren menjadi kopi uthek ini adalah sajian unik nan spesial.\
 
Sego lemeng dan kopi uthek merupakan kuliner khas Suku Osing dari Desa Banjar. Sego lemeng adalah nasi yang digulung dengan daun pisang dan diisi dengan cacahan daging ayam dan ikan tuna/ikan asin. Lalu gulungan nasi tersebut dimasukkan ke dalam bilah bambu dan dibakar sebelum dimakan. Paduan aroma daun pisang dan bau asap dari pembakaran bambu yang terperangkap di dalam sego lemeng itu menghasilkan citarasa sego lemeng yang khas, gurih dan sedap.

Sementara kopi uthek adalah kopi yang disuguhkan dengan cara berbeda. Dalam setiap cangkir kopi, ada sepotong gula aren (nira) terpisah sebagai pendampingnya. Gula nira tersebut digigit sembari kopi diminum.
 

"Sengaja kami gelar festival ini agar wisatawan tahu dan bisa mencicipi keragaman kuliner khas Banyuwangi. Selain juga untuk menjaga kelestarian kuliner khas yang turun temurun, seperti Sego Lemeng dan kopi uthek ini," kata Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko, usai membuka Festival di tengah sawah itu. 

"Makanan dan minuman khas lokal seperti ini akan terus kami lestarikan untuk mempertahankan warisan leluhur. Selain itu kekhasan lokal ini menjadi komponen pendukung pariwisata daerah," kata Yusuf.

Konon, sego lemeng adalah makanan yang menjadi bekal para gerilyawan yang sedang melakukan perlawanan terhadap penjajah Kolonial Belanda. Saat berjuang merebut kemerdekaan, banyak warga yang berjuang dan bersembunyi di hutan. Di sanalah, mereka membuat sego lemeng untuk bertahan hidup.

"Ini menarik. Kalau kita padukan antara citarasa kulinernya yang khas, kisah historis, dan potensi alamnya Banjar yang indah, ini akan menjadi paket wisata komplit. Kami optimis akan banyak wisatawan yang berkunjung ke Desa Banjar," ujar wabup Yusuf.
Salah satu pembuat sego lemang adalah Siti Marwiyah. Siti mengaku senang kuliner khas desanya diangkat dalam B-Fest. 

"Rasanya ikut seneng kalau makanan tradisional ini dinikmati tamu-tamu wisatawan. Apalagi kami bisa mengenalkan cara minum kopi kami yang unik ini," ujar Siti.

Siti mengatakan kalau keahliannya membuat sego lemang didapat secara turun temurun di keluarganya. Nasi lemang, kata Siti bukanlah kuliner yang menjadi menu sehari hari tapi warga membuatnya hanya pada momen momen spesial.

"Biasanya nasi lemang dibuat seperti pada saat selamatan kampung," kata Siti.

Festival ini digelar selama dua hari ini Sabtu - Minggu (8-9 Juli 2017). Di festival ini, para pengunjung sembari berwisata kuliner, bisa menikmati keindahan Desa Banjar. Beragam hiburan akan disuguhkan beragam kesenian asli Desa Banjar seperti barong, kuntulan, dan gandrung. Malam nanti juga akan ada pertunjukkan Jazz Patrol.