Monday, 31 July 2017

Ke Padang Awal Agustus Ini, Ada Festival Internasional yang Seru!


Padang - Liburan Ke Sumatera Barat jangan hanya menikmati alam dan kulinernya. Nikmati juga keindahan seni dan budaya Minangkabau dalam rangkaian Kaba Festival.

Sumatera Barat tidak hanya memiliki alam yang indah. Namun juga memiliki kekayaan seni dan budaya yang bisa kita jadikan alasan untuk berlibur ke Ranah Minang.

Dari rilis yang diterima Garasigaming, Senin (31/7/2017) beberapa hari lagi, tepatnya tanggal 2 sampai 5 Agustus 2017 akan ada Kaba Festival di Sumatera Barat. Festival akan diselenggarakan di Taman Budaya Sumatera Barat.

Kaba Festival merupakan festival seni pertunjukan yang mencakup tarian, teater, musik tradisi yang telah diadakan sejak tahun 2014 di Padang. Adapun seni yang ditampilkan merupakan hasil kreasi seni kontemporer tanpa meninggalkan ciri khas Minang.

Festival ini diselenggarakan oleh Gelombang Minangkabau, yaitu gabungan dari penggiat seni yang berada di Sumatera Barat yaitu Nan Jombang, Ranah dan Impeesa.


 
Pada tahun ke-4 ini, Kaba Festival tidak hanya menampilkan karya seni yang berbau tradisi Minang, namun juga menampilkan grup seni dari beberapa daerah di Indonesia, serta negara lain.

Adapun grup seni yang akan tampil yaitu PLT Laksemana dari Pekanbaru, Rianto dari Solo, Lembaga Teater Selembayung dari Pekanbaru, Miroto dari Yogyakarta, Mugiyono dari Solo, Asa Etnica dari Padang Panjang, dan Nan Tumpah dari Padang.

Sedangkan grup seni dari luar negeri yang ikut serta meramaikan Kaba Festival adalah Gerard Mosterd dari Belanda, Natural Dance Theatre dari Jepang, dan Delphine Mei dan Artist Dadadaiii dari Taiwan.

Bagi traveler yang ingin melihat langsung festival, datang saja langsung ke Taman Budaya Sumatera Barat. Gedung ini terletak tidak jauh dari Pantai Padang. Akomodasi ke sana gampang kok, traveler bisa naik angkot yang ke bewarna oranye atau putih dari Pasar Raya Padang.

Pertunjukan dimulai setelah magrib, tepatnya jam 19.30 WIB. Jadi traveler sebelum bersantai menikmati pertunjukan, siangnya traveler bisa jalan-jalan ke Museum Adityawarman yang tepat berada di depan gedung Taman Budaya Sumbar.

Sore harinya traveler bisa menikmati angin sore dan menyaksikan indahnya sunset di Pantai Padang. Jangan lewatkan kuliner sup pensi dan langkitang yang berjajar di tepi pantai ya. 
 

Wednesday, 26 July 2017

Mengapa Jumlah Wisman di Candi Borobudur Kalah Jauh dengan Angkor Wat?


JAKARTA - Direktur Pemasaran Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Ricky Siahaan menyebut faktor aksesibilitas menjadi alasan kalahnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Candi Borobudur dibandingkan Angkor Wat di Kamboja.
Menurutnya, Kamboja punya faktor aksesibilitas yang kuat untuk mendukung kunjungan wisatawan mancanegara ke Angkor Wat.
"Kita sesungguhnya tak bisa membandingkan apple to apple. Menuju Siem Reap (Angkor Wat) di Kamboja itu bisa masuk jalan darat. Indonesia khususnya Jakarta itu gak bisa melalui jalan darat. Jadi harus lewat udara," kata Ricky beberapa waktu lalu.
 
Siem Reap bisa dicapai melalui perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Selain itu, wisatawan juga bisa mengakses Siem Reap langsung dari Bandara Don Mueang (Bangkok, Thailand) dan memakan waktu tempuh sekitar satu jam.
"Sementara ke Yogyakarta cuma ada Silk Air dan AirAsia. Kita bisa bayangkan berapa kapasitas penerbangan tersebut untuk membawa wisatawan mancanegara. Karena keterbatasan itu, mayoritas wisatawan mancanegara masuk lewat Bali dan Jakarta. yang masuk ke Yogyakarta.
 
Menurutnya, perbedaan aksesibilitas adalah hal yang mendasar antara Candi Borobudur dan Angkor Wat. Ia menilai banyaknya penerbangan ke Kamboja berperan dalam kemajuan pariwisata Kamboja.
"Kita harus memperhatikan 3A (Akses, Amenitas, dan Atraksi). Dari segi akses itu sangat sulit mengejar Angkor Wat. Kita bersyukur akan ada Bandara Internasional Yogyakarta. Itu sangat luar biasa. Kami mengharapkan dengan pengembangan itu menambah jumlah wisatawan mancanegara secara signifikan," ujarnya.
Kementerian Pariwisata mencatat ketimpangan jumlah kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur dibandingkan dengan Angkor Wat (Kamboja). Data kunjungan wisatawan mancanegara pada 2016 menunjukkan perbedaan kunjungan lebih dari 2 juta wisatawan.  Candi Borobudur dikunjungi sebanyak 254.082 wisatawan sementara Angkor Wat dikunjungi 2.350.000 wisatawan.
 

Tuesday, 25 July 2017

Hujan Salju di Bromo


Probolinggo - Sedang heboh fenomena hujan salju di Gunung Bromo. Berikut penjelasan dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Terkait isu hujan saju yang terjadi disekitar Gunung Bromo, di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, pada awal musim kemarau tahun ini, ternyata itu bukan hujan salju melainkan frost (embun beku) yang di sebabkan suhu yang terlalu dingin. Hal ini diungkapkan Fariana Prabandari, Kabid wilayah 1 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Selasa (25/7/2017).

Fariana menjelaskan, memang terjadinya frost itu setiap awal dimusim kemarau tiba. Dan itu tidak hanya terjadi di lautan pasir atau caldera Bromo saja, melainkan juga terjadi di perhutanan di sekitar Bromo, seperti di pepohonan.

"frost itu memang menempel di pasir dan di pepohonan. Frost itu, bisa menyerang tanaman seperti sayuran milik warga. Ada tanaman dan pohon bisa bertahan akibat frose, ada juga yang tidak bisa bertahan, seperti sayuran dan pohon yang daunnya lebar, itu tidak bisa bertahan terhadap frost. Yang bisa bertahan adalah pohon cemara dan pohon yang memiliki daun jarum dan daun kecil," jelas Fariana.
 
 
Frost, lanjut Fariana memang sangat unik dan indah jika dilihat, bahkan ketika frose itu uncul, memang memikat wistawan di bromo, karena mirip atau menyerupai salju. Frost bisa muncul ketika suhu mencapai sekitar minus 10 derajat Celcius ke atas.

"Dengan suhu minus 10 derajat ke atas bisa menimbulkan frost. Dan itu akan terjadi di daerah ketinggian yang mencapai 2.000 mdpl dari permukaan laut. Jadi frost itu, menyebar tergantung dari suhunya. Di Bromo suhunya sangat dingin, jadi wajar jika di lautan pasir itu muncul fenomena frost yang munculnya tidak bisa diprediksi,"tambahnya.

Sementara menurut warga di sekitar Gunung Bromo, Supiya, ia mengaku memang sering kali terjadinya fenomena yang mirip dengan salju, tapi itu bukan salju. Supiya membenarkan juga, jika kemunculan yang disebut salju itu ketika awal musim kemarau tiba, karena suhunya di Bromo sangat dingin sekali.

"Memang banyak yang penasaran dan melihat fenomena itu di lautan pasir, wisatawan yang berkunjung menikmati dinginnya Bromo dan melihat fenomena tahunan yang mirip salju itu. Dan itu jika menempel ke tanaman bisa mati, karena tanaman disini banyak yang tak tahan suhu dingin," ujar Supiya, kepada wartawan.
 
 

Sunday, 23 July 2017

Aksi Negara-negara Sahabat Meriahkan Erau Adat Kutai 2017


Tenggarong - Pembukaan Festival Erau 2017 berlangsung meriah. Berbagai negara sahabat unjuk kebolehan untuk menghibur wisatawan yang hadir.

Acara pembukaan Festival Erau 2017 berada di Stadion Rondong Demang, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kaltim, Minggu (23/7/2017). Menjum HAM Yasonna H Laoly bersama Bupati Kutai Kartanegara juga duta negara sahabat seperti ASEAN, Seychelles, Korsel, Jepang, dan lainnya nampak hadir dalam acara ini.

Kontingen Bulgaria nampak tampil pertama kali dengan tarian tradisional yang dipadu dengan baju khasnya. Lalu disusul dengan China Taipei yang membawa tarian lentera yang menyimbolkan keberuntungan.

Selanjutnya ada dari India yang membawa tarian berkostum tradisional juga. Disusul dengan Jepang, yakni memamerkan aksi permainan tradisional taiko yang menggambarkan semangat samurai.
 
 
Kontingen Korea Selatan tampil dengan tarian tradisionalnya memliki gerak tak terduga juga sensual, menggambarkan kecantikan wanita Korea yang mendoakan kesuksesan rajanya. Polandia menampilkan tarian pegunungan selatan yang menjadi simbol obat lelah setelah bekerja seharian.

Yang terakhir adalah Indonesia. Berbagai tarian dari berbagai sub Suku Dayak ada di sini, antara lain Tari Jepen, Tari Dayak Benuaq, Dayak Kenyah (Bangen Tawai), dan Tari Hudoq atau tarian meminta berkah dalam bertani.
 
 
 
 

Saturday, 22 July 2017

Akhir Pekan di Tanah Rencong, Yuk ke Festival Pulo Aceh


Banda Aceh - Bagi yang akhir pekan di Aceh, mari datangi Festival Pulo Aceh. Ada bentangan alam cantik yang bisa dilihat dan budaya asli Tanah Rencong.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menggelar Festival Pulo Aceh 2017 dalam rangka menggenjot daya tarik pariwisata di Aceh Besar. Traveler yang berada di Tanah Rencong dapat menyeberang ke pulau terluar tersebut untuk menikmati akhir pekan. 

Festival Pulo Aceh 2017 baru kali ini digelar dan berlangsung di Pelabuhan Lamteng, Pulo Nasi. Kegiatan dilaksanakan selama dua hari yaitu 22 hingga 23 Juli dan mengangkat tema 'Explorasi Destinasi Pulo Aceh'. Penyelenggaraan festival melibatkan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disparpora) Kabupaten Aceh Besar dan Balai Pelestarian Nilai dan Budaya Kemendikbud RI.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi, mengatakan, penyelenggaraan Festival Pulo Aceh 2017 digelar sebagai bentuk memperkenalkan potensi dan kekayaan alam, serta budaya masyarakat Pulau Aceh kepada wisatawan. Tujuannya agar penduduk setempat memiliki jiwa wirausaha (entrepreneurship) dan ramah (hospitality) dalam menyambut serta melayani tamu. 

"(Festival ini) tidak hanya memberikan hiburan kepada masyarakat setempat, tetapi juga semangat dalam memajukan Pulo Aceh khususnya dan Aceh umumnya sebagai destinasi wisata unggulan Aceh," kata Reza dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Jumat (21/7/2017) kemarin. 

"Festival ini juga menjadi media untuk mempromosikan daerah yang masih sulit dijangkau dari berbagai keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pariwisata dan mendukung percepatan Pulo Aceh sebagai destinasi wisata bahari dengan berbagai keunggulan dan keunikan alam dan budayanya,"ungkap Reza.

Kemeriahan festival ini dirancang secara keroyokan dengan melibatkan komunitas seperti Yayasan Lamjabat, Sahabat Laut, dan Ikatan Pemuda, Pelajar, dan Mahasiswa Pulo Aceh (IPPELMAPA). Reza berharap Festival tersebut mampu mengundang wisatawan untuk melakukan kunjungan ke Pulo Aceh, baik itu Pulau Nasi maupun Pulau Breueh.

Sementara itu, Kepala BPKS, Fauzi Husin dalam kesempatan yang sama mengatakan, Pulo Aceh adalah salah satu daerah Kawasan Sabang sesuai dengan Undang-Undang No. 37 Tahun 2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang memiliki beberapa spot wisata bahari yang layak untuk dikunjungi. Di antaranya yaitu Pantai Nipah, Deumit, Deudap, Alue Reuyeng, Pasi Raya, Meulingge, Balu, Alue Raya, Pasi Lambaro, Mata-Ie, Krisek, Lapeng dan beberapa teluk indah lainnya.

Selain itu, wisatawan yang liburan ke sana juga dapat menikmati beragam keunikan seni budaya dan sejarah, seperti tarian Likok Pulo, Mercusuar peninggalan Belanda "William Toren III", Makam Raja Kandang, dan objek wisata lainnya.

"Pulo Aceh adalah salah satu daerah dalam Kawasan Sabang yang memiliki potensi investasi di bidang pariwisata, khususnya wisata bahari, wisata sejarah, dan wisata alam. Terlaksananya festival ini diharapkan Pulo Aceh dan segala potensi investasinya bisa semakin dikenalnya masyarakat Indonesia dan dunia," kata Fauzi Husin.

Menurut Fauzi, letak Pulo Aceh yang sangat strategis dan tidak jauh dari Kota Banda Aceh sebagai ibukota provinsi, sangat strategis dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di kawasan Sabang.

Sementara itu, Kadisparpora Aceh Besar Sulaimi menambahkan, serangkaian acara dan agenda Festival Pulo Aceh 2017 memang sengaja disuguhkan kepada pengunjung untuk mengeksplor pesona alam dan keunikan budaya Pulo Aceh.

"Serangkaian acara menarik akan mewarnai Festival Pulo Aceh 2017 meliputi Pentas Seni dan Budaya, Pulo Aceh Photo Hunting, Camping, Mewarnai, Permainan Rakyat "Ceria Bersama Anak Pulo", Fun Bike, Jet Ski dan Fun Dive, Paramotor Show, Lomba Mancing, Pameran/Bazaar, Sosialisasi Sapta Pesona, Aksi Bersih Pantai dan Penanaman Mangrove," demikian sebut Sulaimi.

Selain itu, berbagai komunitas seperti sepeda, diving, memancing, photo hunting, jet ski akan ikut serta dalam rangka mensukseskan festival tahunan tersebut. Komunitas media sosial diajak untuk mengviralkan pesona wisata Pulo Aceh. 
 

Friday, 21 July 2017

Rasain! Pendaki 'Ndeso' Pemetik Edelweis Di-blacklist


Jakarta - Pihak Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melakukan tindakan tegas ke pendaki 'ndeso' yang serampangan memetik bunga edelweis. Semua pelaku dilarang mendaki lagi ke gunung tertinggi ketiga Indonesia itu.

Dari informasi yang didapat Garasigaming dari Forum Komunikasi Rinjani Bagus, Jumat (21/7/2017), hal itu tertera dalam surat edaran yang ditempel di Basecamp Sembalun, Lombok Timur. Mereka dilarang mendaki dari semua jalur.

Foto-foto pendaki 'ndeso' yang memetik edelweis jelas terpampang pada surat larangan itu. Surat edaran itu baru dikeluarkan hari ini, Jumat (21/7).


 
Ada 5 orang yang di-blaklist dalam surat edaran dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Mereka terdiri dari 3 perempuan dan 2 laki-laki.

Terlihat wajah sumringah mereka saat berfoto bersama sambil memegang bunga edelweis itu. Kini, wajah mereka benar-benar eksis karena dilarang mendaki Gunung Rinjani lagi.

Mudah-mudahan ini bisa membuat jera. Buat pendaki lainnya, jangan ulang perbuatan mereka ya! Kalau kita cinta Gunung Rinjani, biarkan ia apa adanya. 
 

Thursday, 20 July 2017

Festival Budaya Borneo di Jakarta akan Diikuti 4 Negara


Jakarta - Festival Budaya Borneo 2017 yang diikuti peserta Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei akan dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 28 - 30 Juli 2017.
Festival yang menjadi sarana promosi dan publikasi seni dan budaya masyarakat Dayak ini rencananya akan dibuka oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
“Ini adalah representasi kekayaan kearifan lokal masyarakat Dayak, baik dalam bentuk seni budaya Dayak maupun kultur pembaruan yang dijiwai semangat Bhineka Tunggal Ika," kata ketua Majelis Adat Dayak Nasional Cornelis dalam siaran pers.
"Kegiatan ini merupakan sarana promosi dan publikasi seni dan budaya masyarakat Dayak."
Festival akan menampilkan pameran produk unggulan Kalimantan, pagelaran kesenian Dayak, Dayak, pawai budaya dan kesenian Kalimantan Art Carnaval 2017 dan Kalimantan Investment Forum.
Selain itu, juga menjadi ajang anugerah penghargaan Kalimantan Innovation Award 2017, Kalimantan Night and Fun 2017 beserta lomba fotografi serta film pendek.

Wednesday, 19 July 2017

Yogyakarta Gelar Festival Budaya Kampoeng Musikanan


Jakarta -Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta akan menghidupkan tradisi di Kampung Musikanan yang merupakan kawasan tempat tinggal para abdi dalem pemain musik Keraton Yogyakarta. Hal itu dilakukan dengan menggelar  "Festival Budaya Kampoeng Musikanan 2017".

Sekretaris Dinas Pariwisata  DIY Ruse Sutikno di Yogyakarta, Kamis, mengatakan festival ini akan diselenggarakan bersama para seniman dan budayawan pada 16 Juli 2017 di sepanjang Jalan Kampung Musikanan, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta.

"Tujuan kami bisa mengenalkan dan menghidupkan kembali tradisi bermusik di kampung tempat bermukimnya para pemain musik keraton itu," kata dia.

Selain mengingatkan kembali sejarah Kampung Musikanan kepada masyarakat, Ruse berharap melalui festival itu akan mampu menjadikan kampung itu sebagai destinasi wisata baru di DIY.

Ketua Panitia, Prijo Mustiko mengatakan festival dengan tema "Merayakan Kebhinekaan Musik Nusantara" itu mencakup beragam kegiatan. Rangakain acara akan diawali karnaval musik. Setelah itu ada pentas musik tiga panggung, bazaar kuliner, kerajinan, pameran foto dokumentasi, animasi, alat musik kuno, dan diskusi.
 
Prijo menjelaskan karnaval musik akan melintasi Jalan Kemitbumen-Jalan Wijilan-Jalan Ibu Ruswo hingga Jalan Pekapalan Kidul. Karnaval akan diikuti 200 orang peserta terdiri atas Bergada Ungel-ungelan Prajurit Keraton Yogyakarta, Drumband siswa SDN Keputran I, Grup Seni Recorder dan Kenthongan Siswa SDN Keputran I, Grup Seni Topeng Ireng Musikanan, dan Marchingband DC Kota Yogyakarta.

Pentas musik 3 panggung, kata dia, akan terbagi di tiga tempat yakni Panggung Montecarlo yang berada di depan SDN Keputran I, Panggung Djoned di depan Puskesmas Keraton, serta Panggung Miss Surip di Pasar Bludiran, Yogyakarta. Panggung-panggung itu menampilkan beragam aliran musik mulai jazz, klasik, hingga keroncong.

Ketua RT 15, Kampung Musikanan, Sigit Wicaksono berharap penyelenggaraan festival itu mampu menghidupkan kembali geliat seni musik di kampung yang terletak di sebelah timur Pagelaran dan Siti Hinggil Keraton Yogyakarta itu.

Menurut Sigit, selain sebagai tempat tinggal para musisi Keraton, banyak musisi besar Indonesia yang lahir di kampung itu seperti Idris Sardi, Embong Rahardjo, dan banyak musisi nasional lainnya. "Karena tuntutan ekonomi banyak yang berhijrah ke Jakarta. Namun sampai sekarang masih banyak penerusnya di kampung itu," kata dia.

Kampung Musikanan terdiri atas tiga rukun tetangga yaitu RT 57, RT 58, serta RT 59. Akses masuk kampung itu hanya berupa gang kecil yang hanya cukup dilewati pejalan kaki dan sepeda motor.
 
"Dahulu alat musik dibunyikan sepanjang hari di kampung ini. Musiknya bukan karawitan namun perpaduan musik Jawa dan Belanda," kata dia.

Tuesday, 18 July 2017

Borobudur International Festival 2017 Siap Digelar Akhir Juli


JAKARTA, KOMPAS.com - Borobudur International Festival (BIF) akan digelar pada 28–30 Juli 2017 di Candi Borobudur, Jawa Tengah. Beragam acara seni akan ditampilkan dalam acara BIF.
"Alhamdulillah, Borobudur International Festival sudah masuk tahun keempat. Semoga event ini bisa mendobrak sektor pariwisata. Semoga bisa makin mengajak masyarakat berpartisipasi mengembangkan pariwisata," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat acara peluncuran acara Borobudur International Festival 2017 di Kementerian Pariwisata, Jakarta, Senin (17/7/2017).
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan 8 dari 13 acara di BIF 2017 merupakan acara budaya. Menurutnya, wisatawan mancanegara ke Indonesia lantaran faktor budaya.
"Budaya Indonesia sudah diakui oleh dunia. Budaya kita selalu masuk peringkat 20 terbaik versi World Economic Forum," tambahnya.
 
Acara BIF 2017 akan diikuti oleh para seniman dari China, Jepang, dan India. Seniman luar negeri itu akan melakukan kolaborasi pertunjukan seni budaya dengan para seniman dari berbagai daerah mulai pagi hingga malam hari.
BIF 2017 akan dimeriahkan dengan pertunjukan kesenian daerah (dari Kabupaten Lumajang (Jawa Timur), Banten dan Kabupaten / Kota di Jawa Tengah seperti Kota Pekalongan, Kota Tegal, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Jepara, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Magelang.
 
BIF 2017 melibatkan ratusan seniman dari berbagai daerah di Tanah Air serta seniman mancanegara antara lain dari Jepang, China, dan India. Para seniman ini akan tampil dengan karya terbaik mereka mulai pagi hingga malam hari.
Adapun acara yang turut meramaikan BIF 2017 adalah Festival Desa Wisata, Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Manteb Sudarsono, Festival Permainan Rakyat, Festival Gamelan, Pameran Tourism Trade Invesment, Lomba Drone dan Blogger, Pagelaran Wayang Padat, Festival Tradisi Lesan, Gelar Seni Budaya, dan Lomba Foto, serta Familiarization Trip.
 

Monday, 17 July 2017

"Mostly Jazz Festival" Ramaikan Pantai Sanur, Bali


DENPASAR - Perhelatan Sanur Mostly Jazz Festival membuat kawasan pariwisata Pantai Sanur, Bali, lebih berwarna dan berbeda. Digagas musisi nasional, Indra Lesmana, ajang musik ini berhasil mendatangkan musisi kelas atas Tanah Air.
Seperti yang terlihat pada Sabtu (15/7/2017) petang, hari kedua berlangsungnya festival. Ratusan penonton yang didominasi wisatawan mancanegara menikmati sajian dari para musisi jazz di dua panggung yang ditata apik di pinggir pantai.
 
Satu panggung bernuansa taman, sementara panggung yang lebih besar berlatar belakang perairan Selat Badung yang eksotik. Penonton pun leluasa menikmati suasana sambil menikmati hidangan dari Griya Santrian Resort.
Dimulai pada pukul 16.30 Wita, ajang ini menampilkan Sandy Winarta Trio. Irama ritmik drum seakan bersahutan dengan hembusan angin pantai. Sandy merupakan musisi kelahiran Denpasar, alumnus Australian Institute of Music di Sydney dan New School for Jazz and Contemporary Music di New York.
Setelah penampilan Sandy, giliran gitaris Tohpati unjuk kebolehan membawakan beberapa komposisi dari album solonya. Sajian musik Tohpati dan band pun membuat senja di Pantai Sanur semakin romantis.
Sebagai gitaris handal, Tohpati pernah merilis sejumlah album besama grup seperti Simak Dialog, Halmahera, dan Trisum. Ia juga dikenal melambungkan sederet penyanyi pop Indonesia selama dekade ini.
Musisi Ito Kurdhi yang tampil berikutnya merasa bahagia karena tiga hari sebelumnya meluncurkan album ‘Terbang Melayang’.
“Ya, saya bersyukur bisa tampil di ajang ini sekalian untuk memperkenalkan dan promosi album baru,” kata pembetot bass yang pernah tampil di sejumlah festival ini.
 
Yang membuat suasana festival kian panas adalah kehadiran Sandhy Sondoro. Kelincahan gerak dan kekhasan vokalnya serta lirik yang cocok di kala hati galau, membuat sebagian penonton tak tahan untuk berdendang.
Sandhy meluncurkan beberapa lagu dari sederet albumnya Why Don't We (2008), Jazz In The City with Sandhy Sondoro (kompilasi) (2009), Sandhy Sondoro (2010), Find The Way (2012), Vulnerability (2014), Berlin! Berlin! Lck Lieb Dir So Sehr (2016), dan Love Songs (2016).  
 
Puncaknya adalah performa dari gitaris senior Oele Pattiselanno yang menggandeng vokalis jazz Margie Segers. Keduanya kerap tampil bersama mendiang Jack Lesmana pada 1970-an baik di panggung jazz maupun di dapur rekaman.
Waktu tampil satu jam rasanya masih kurang untuk menyaksikan musikalitas Oele, menyaksikan dedengkot jazz Tanah Air ini memainkan alat musik.
Musisi dan penggagas Sanur Mostly Jazz Indra Lesmana mengaku bahagia bisa menghadirkan tokoh jazz Tanah Air dalam festival perdana yang merupakan bagian dari Sanur Village Festival ini.
 
Festival ini berlangsung selama tiga hari, yakni 14-16 Juli 2017 di pantai Sanur, Denpasar. Indra berjanji akan mengawal acara ini menjadi agenda tahunan dan akan memberikan apresiasi para musisi jazz lintas generasi. Apalagi atmosfer Pantai Sanur dinilai sangat cocok dengan musik jazz.
“Atmosfer Sanur yang sangat cocok dengan audiens jazz membuat saya yakin kawasan ini akan menjadi destinasi musik jazz," kata Indra Lesmana.